Akhirnya bisa nge-post lagi setelah rangkaian mid-test, live in dan libur paskah akhirnya saya kembali menulis lagi di sini.
Banyak kegiatan dan pengalaman baru dalam hidup saya setiap harinya, mungkin begitu juga dengan kalian. Menjadi seorang pelajar SMA memang berat, tugas ini dan itu tiada henti menjamu. Kurang tidur, pulang sore, banyak kegiatan dan yang harus dipikirkan. Tapi, ada pepatah yang bilang kalau masa-masa SMA adalah masa yang paling indah. Setuju?
Ya.
Saya, sih.. sangat setuju.
Kalau tuntutan hidup itu semakin dewasa semakin berat memang sudah selayaknya demikian. Tapi kebahagiaan pun juga semakin banyak. Hidup itu harus seimbang dan lihat segala hal dari berbagai perspektif. Kalau terpaku dengan satu arah saja, siap-siap mengeluh terus-menerus.
Di tengah kesibukan dan hiruk-pikuk kehidupan SMA yang padat, beberapa waktu lalu saya mendapat kabar duka cita dari salah satu teman baik saya sedari SD dulu, Awang. Ayahnya dipanggil oleh Tuhan akibat penyakit yang cukup serius. Mendengar kabar tersebut, saya langsung menghubungi teman-teman lainnya. Akhirnya, malam harinya saya dan sahabat saya Eugenia Claudia, pergi mengunjungi teman saya tersebut di rumah duka.
Kaget. Ya, itu kesan pertama saya sesaat setelah kami berdua sampai di tempat itu. Ada Rico, Galih, Freddy, Christo, Juan, Dimas, Thomson, Marcell, Valiant, Evan, Jordy, Fransis, bahkan Michael yang bersekolah di Bogor pun turut hadir. Memang, mereka semua adalah sahabat dekat Awang semasa SMP dulu di St.Vincentius dan orang-orang mengenal mereka sebagai totfam entah dari mana asal nama itu. Kurang Yosua dan Andre memang, tapi mereka berdua ternyata datang duluan ketika siang harinya. Setelah berbincang-bincang ternyata mereka pun tidak menyangka juga akan bertemu lagi dengan formasi yang 90% lengkap, apalagi dalam situasi duka yang melanda Awang.
Audi dan saya pun akhirnya bergabung dengan mereka. Mengikuti misa requiem, lalu memberi support pada Awang dan keluarga yang ditinggalkan. Pertemuan kami kembali merupakan hal yang tidak disangka. Melihat kekompakkan dan solidaritas mereka di saat teman lainnya mengalami situasi duka seperti itu membuat saya merasa salut dan bangga karena bisa mengenal mereka. Pertemanan yang sejati tidak akan mengenal waktu ataupun jarak, suka maupun duka selalu bersama. Setidaknya itu yang saya pelajari dari mereka :')
* * *
Lain lagi dengan kisah di atas,
ini cerita tentang teman saya (yang lagi-lagi) sedari SD dulu.
Namanya Devin, seorang Kanisian yang lulus tahun 2014 nanti. Dia teman saya sewaktu SD dulu, di St.Vincentius juga. Ketika SMP kami hampir tidak pernah bertemu karena beda sekolah. Setelah 3 tahun itu, kami dipertemukan kembali karena ia bersekolah di Kolese Kanisius dan saya di Kolese Gonzaga, sesama kolese. Tidak banyak berubah, dia masih saja pintar dan ramah.
Jumat, 5 April yang lalu ia genap berusia 17 tahun! HBD ya Dev......... semoga kalau gue nebeng pulang dari CC nggak ditinggal tidur melulu :))
Nah, serunya itu sepulang ekskul saya langsung menuju rumahnya yang terletak tidak jauh dari rumah saya. William aka Bo mengajak saya untuk turut meramaikan kejutan buat Devin, nah sesampainya di sana ternyata Devin belum pulang dari DBL Jakarta (ada pertandingan CC vs 116 hari itu). Di sana saya bertemu dengan teman-teman lama, senangnya :)
Ada Vitto adeknya Devin, Gaby, Gloria, Hugo Herlando, Fransis, Ani,
Inez, Thomson, Andre, Awang, Arya dan juga Iel, Hadi, Hario yang datang
bersama Devin.
Dari pukul 7 malam hingga 11 malam, mulai dari Hijau Daun sampai ke McD Tebet, hari itu saya habiskan bersama teman-teman saya dengan penuh tawa dan kegembiraan!
suka/duka . dekat/jauh . sedikit/banyak . lama/sebentar
FRIENDSHIP NEVER ENDS