Bendungan asa berlipat ganda membelah diri
Membujuk bibir tuk berkeluh
Memaksa raga tuk berlari
Dengan tekanan emosi perspektif hati
Kucoba memberanikan diri
Menanggalkan segala ego dan gengsi
Meredam rindu yang tersembunyi
Kucoba memberanikan diri
Menanggalkan segala ego dan gengsi
Meredam rindu yang tersembunyi
Kubuang pandang ke segala pelosok
Melacak letak hingga gerak
Terus dan terus kumencari
Hingga fikir pun bersua
"Hey, dia kah itu?"
Akhirnya kutemukan dia
Dia yang menikmati waktu penuh canda
Membawa dirinya menikmati sore dalam kawanannya
Berjalan bersama kawan menelusur lorong
Dia yang menikmati waktu penuh canda
Membawa dirinya menikmati sore dalam kawanannya
Berjalan bersama kawan menelusur lorong
Kurekam gerak-gerik mereka
Penuhi sisa-sisa ruang memori serebrum
Setiap detiknya tiada penat
Membiarkan musculus wajah terus tersenyum
Tertegun aku tertegun
Sendirian aku terdiam
Memandang mereka lalu bingung
Mata terpenjara sejuta ilusi imaginasi
"Sudah di ambang pintu!"
Mereka berjalan sungguh cepat bagiku
"Sudah di ambang pintu!"Ku lesakkan suratku dalam kantung
Berlari melawan angin yang menderu
Ter.
Lam.
Bat
Lam.
Bat
Dirinya menghilang
Memisahkan diri dari kawanan
Mobil itu membawanya pergi dari pandangan
Aku kembali mematung
"Hey, mengapa tak mengejarnya?"
Bodoh kau!
"Hey, megapa hanya diam?"
Cepat kejar dan berikan suratmu itu
Kutanggalkan tas di pundakku
Kembali kuberlari melawan ributnya gemuruh lalu lintas
Ku naikki tangga jembatan sambil terus berlari
Berusaha menanti dirinya di seberang jalan
Apa daya ku
Waktu yang tak mengizinkan
Mobil itu terus melesat di ruas arteri kota
Dan aku belum sampai
Waktu yang tak mengizinkan
Mobil itu terus melesat di ruas arteri kota
Dan aku belum sampai
Aku hanya bisa terdiam
Dari atas jembatan berusaha terus memandang
Dengan sepucuk surat di tangan
Tak bertuan, belum sampai tujuan
Dari atas jembatan berusaha terus memandang
Dengan sepucuk surat di tangan
Tak bertuan, belum sampai tujuan