Tampilkan postingan dengan label ballad and poems. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label ballad and poems. Tampilkan semua postingan

Selasa, 01 Maret 2011

March-Mellow

Miserable.

Messed.

Mad.

March.

Mellow.


1st march 2011.

 ...

 


Welcome to the MARCH-MELLOW's minded --"

Hey, kamu!

Apakah kamu hilang akal?

Apakah imajinasimu buntu?

Hey, kamu!



Tidak kah kamu malu?

Tidak kah kamu merasa lelah untuk meniru?

Hey, kamu!



Kamu itu bukan aku. Aku juga bukan dirimu.

Itu caraku dan bukan caramu.

Hey, kamu!



Uh, apa maumu?
HEY, KAMU!




Saya harap kamu tahu arti dari sebuah orisinalitas.

Keaslian yang tampak bukan hasil dari menjiplak sepintas.

Hey, kamu!


Ctrl > Alt > Z

bzz

Rabu, 16 Februari 2011

Balada Sepucuk Surat

Kegelapan perspektif hati menekan emosi
Bendungan asa berlipat ganda membelah diri
Membujuk bibir tuk berkeluh
Memaksa raga tuk berlari

Dengan tekanan emosi perspektif hati
Kucoba memberanikan diri
Menanggalkan segala ego dan gengsi
Meredam rindu yang tersembunyi

Kubuang pandang ke segala pelosok
Melacak letak hingga gerak
Terus dan terus kumencari
Hingga fikir pun bersua

"Hey, dia kah itu?"


Akhirnya kutemukan dia
Dia yang menikmati waktu penuh canda
Membawa dirinya menikmati sore dalam kawanannya
Berjalan bersama kawan menelusur lorong

Kurekam gerak-gerik mereka
Penuhi sisa-sisa ruang memori serebrum
Setiap detiknya tiada penat

Membiarkan musculus wajah terus tersenyum

Tertegun aku tertegun
Sendirian aku terdiam
Memandang mereka lalu bingung
Mata terpenjara sejuta ilusi imaginasi

"Sudah di ambang pintu!"


Mereka berjalan sungguh cepat bagiku

"Sudah di ambang pintu!"


Ku lesakkan suratku dalam kantung

Berlari melawan angin yang menderu



Ter.


Lam.


Bat


Dirinya menghilang
Memisahkan diri dari kawanan
Mobil itu membawanya pergi dari pandangan
Aku kembali mematung


"Hey, mengapa tak mengejarnya?"

Bodoh kau!

"Hey, megapa hanya diam?"


Cepat kejar dan berikan suratmu itu


Kutanggalkan tas di pundakku
Kembali kuberlari melawan ributnya gemuruh lalu lintas
Ku naikki tangga jembatan sambil terus berlari
Berusaha menanti dirinya di seberang jalan


Apa daya ku
Waktu yang tak mengizinkan
Mobil itu terus melesat di ruas arteri kota
Dan aku belum sampai

Aku hanya bisa terdiam
Dari atas jembatan berusaha terus memandang
Dengan sepucuk surat di tangan
Tak bertuan, belum sampai tujuan

Selasa, 25 Januari 2011

Januari? Ini Januari?

Ini Januari?

Januari 2011 ini?

Hmmm je-a-en-u-a-er-i, betul kah?


Tidak mungkin! Tidak.

Saya tidak yakin ini bulan Januari karena semua begitu cepat.

Di mana, kah, Desember?

Ini 2010, kan? Belum 2011 ...




Iya ini Januari.




2011. 24. H-2 dari lembaran baru.


H-4 dari sebuah awal perjalananan sesungguhnya.


H-8 dari sebuah jalan menuju Februari ceria.

Awal dilema.
Titik didih yang menanti.


Segudang emosi yang membendung dan membelit fikir


Awal pilur perjuangan dan pemungkas.




JANUARI.

Kamis, 21 Oktober 2010

Ballad for The Messy Room



When I woke up,
Seems so weird and messy. Freak but funny to see.


When I woke up,
All that things fillin' my eyes. Like a spectra spreading my mind.

When I woke up,
The pinky clock caught my eyes.

Remembering me to get up from my bed.


tok tik tok tik tok


Hey, it's 10 o'clock?
In the night?

God bless...


I just woke up.
Get up from my bed.
Saw my surroundings.


Then finally I know that i woke up in the night
so I can sleep again until tomorrow
morning :)


But I can't.
I just admiring my surrounding.
Eye-catching? Umm..


The pink clock still hanging in the wall.
Some photos and the artworks also hanging in the wall, accompanying tik-tok-machine.

The desk full of papers, kits, and some (un)branded things.
A cupboard with funny Sponge-Bob pin-up.
Books and pencils also straggle there. Uh!
Fill the desk and seems so messed up..

Then:

I close my eyes.

I try to sleep.

Leave all the things what i saw before.


And now I'm gonna leave from here to entering the picture above.

Good night :)


______________________
Photos: my bed room

Rabu, 01 September 2010

Merah itu Mimpi

Merah itu menghampiriku
Membuai aku dengan elegannya

Merah itu mengobarkanku
membuat hati dan angan menjadi tak seirama
Kacau


Merah itu memberanikan aku
Menyulutku hingga melampaui titik didih hati kecilku
Yang lagi-lagi (berwarna) merah


Merah itu membuaiku
Menhanyutkan fikir ini melewati sekat-sekat
Dalam usaha menerobas batas hingga tak dapat kuperkirakan kedashyatannya


Merah itu menggumpal
Mengantarkan oksigen dalam sistem peredaran darahku
Memberiku kehidupan hingga kini


Merah itu sakit
Perih tak tertahankan saat mataku tertuju pada sesuatu
Suatu disposisi keselarasan
Antara hati, pikiran, dan ucapan kata dari bibir manis itu


Merah itu kekelaman
Karena kau takkan tau apa itu merah sesungguhnya
Ia membuatmu tersesat!


Percayalah


...



Merah itu tidak nyata!



...



Karena merah itu adalah aku

dan

semua mimpiku


Selamat Pagi SEPTEMBER

Selamat pagi.

Ini sudah pagi?

Di mana kah mentari?

Mengapa aku tak melihat dirinya tampak?

Kicau ribut burung-burung pun nihil.

Mungkinkah mereka masih terlelap tidur?

Sayang sekali.



Selamat pagi.

Di mana kah kalian kini?

Masih menatap layar handphone?

Atau berkutat dengan lembaran-lembaran tugas yang menjerat?

(walau esok kita libur)

Hmm.. atau memejamkan mata menuju alam bawah sadar?

Sayang sekali.




Selamat pagi.

Dimana kah engkau?

Terjebak dalam kefanaan dunia maya bersama dirinya?

Meneguk secangkir teh hangat?

Memusatkan mata dan fikir pada si tipi?

Terlelap menikmati dunia fantasi?

Sayang sekali.




Selamat pagi.

Di mana aku ini?

Sekarang ini?

Sendiri?

Sayang sekali.

...


Selamat pagi SEMPTEMBER karena aku masih di sini.

Menikmati malam AGUSTUS yang terakhir seorang diri, sendiri.

Tanpa seorang 'kawan' pun menemani.


...


"Hmmm............,"

nikmatnya aroma keindahan pagi


Hari ini

Saat ini sendiri

Hanya di sini

Sembari memberitahukan mu keindahan pagi SEPTEMBER yang kurasa





Selamat tinggal manis, asam, pedas, pahit-nya AGUSTUS!

Terima kasih atas waktuku bersamamu.

Penuh kejenuhan. Namun dengan extra kebahagiaan tentunya :)




Selamat pagi, SEMPTEMBER!



Selasa, 31 Agustus 2010

Apa yang Kulihat, Kurasa, Kutangkap dan Kubawa



Aku tak yakin apakah harus kutuliskan padamu tentang ini.


Apa yang telah cahaya ajarkan padaku,


di sana.
Di keindahan hari ini
Yang ku lihat, kurasa, dan kutangkap.
Untuk terus kubawa.



Menyimpannya, mengaguminya.
Hanya itu?




ti - dak - !

...

Hatiku merasakannya.
Dengan sangat jelas, begitu jelas bagiku untuk merasa.

Persis?

"Serupa, bahkan mirip pun tak cukup," teriakku ingin.

Mencicipi kenikmatan, kepedihan, dan 'gado-gadonya' hidupku

malam ini.


...

Biru sendu

Hijau ragu dengan lekuk terputus-putus

Kuning eksotis mentari senja yang begitu memedihkan mata.


Dan sang komandan dari segala warna keindahan malam

Merah bara yang berkoar sejenak

hingga kini telah padam


Dengan rasa 'blur' yang menyejukkan disantap mata.



...


Tentang keindahan yang dipancarkannya.



...




Keanggunan yang tampak begitu jelas,
memikat hatiku untuk terus kupandang dengan peulpuk ini.




Walau hanya dengan melalui kakunya sudut 180' Di mana rambatan itu bermuara menjadi suatu kesatuan unsur ekstrensik
Di mana estetika terlukis dengan begitu menawan.


Sempurna.



Tidak kah engkau tertarik dengan mereka?

Seperti apa yang kurasa saat ini.

Membuatku kembali tersenyum :)

Senyuman penghapus titik air mata

Yang jatuh hanya karena diri-MU dan diri-NYA

"Ya! Saat ini.."



Tarian kegembiraan di kegelapan malam

...

Karena inilah realitaku dibalik warna




Yang telah usai semua karena liuk sempurna ini.
Menawan dan menghibur.
Dikalaku sepi. Sendiri. Melihat kalian bergembira bersama dengan ria nya.




Hanya kuratapi diri ini.



Sendiri.




Di sini.


kisahku malam ini
dengan tetesan air mata tanda cemburu dalam kesepian yang telah melanda


...

Jumat, 07 Mei 2010

Congratulations VCT#52

Hari ini pengumuman kelulusan UAN untuk tingkat SMP. Hari ini pula kudengar pengumuman itu untuk kakak-kakak kelas ku. Berdebar. Sedikit was-was. Itulah gambaran perasaanku. Sempat muncul pertanyaan dalam benakku ..


"Apa bisa semuanya lulus? Ataukah ada yang harus mengulang?"


Pagi tadi sesampainya aku di sekolah, jam masih menunjukkan pukul 06:02 dengan suasana yang mulai ramai. Ku bergegas naik ke kelas, melihat, mencari. Kulangkahkan kaki ku pergi. Mempersiapkan segala yang sudah menjadi kewajibanku.

Aku masih gudah. Khawatir. Dan terus berharap


Ya dan serentetan acara berakhir tepat pada saat jarum panjang tepat di angka 12 dan jarum pendek mengarah pada angka 8 di sudut kiri bawah jam tanganku yang terus berputar seiring jalannya waktu. Satu demi satu meninggalkan ruangan itu. Hingga semuanya sepi. Kosong. Hampa.

3600 detik ku bersiap untuk memulai acara selanjutnya. Bersama-sama mensyukuri kesuksesan Pentas Seni Cempaka yang telah dilangsungkan beberapa bulan lalu. Kebersamaan ya itulah yang muncul selama persiapan acara tadi.

Hingga ku lihat mereka berdiri tegap, melangkahkan kaki-kakinya menghampiri kami semua. Dengan senyum, tawa dan terlukis kebahagiaan di rona wajah mereka. Tangisan haru. Ya semua itu yang tertangkap oleh mataku. Sekejap aku terbawa euforia itu.


Ada apa sesungguhnya? Bagaimana hasilnya?


Seorang teman menghampiriku di tengah keramaian pagi tadi.


"Lulus 100%, Ping!" katanya padaku.


Aku senang dan masih sedikit bingung. Tapi ya syukurlah. Lulus 100%! Dan hari-hari yang telah mereka lalui di sekolah itu bisa benar-benar mengantarkan mereka lulus. Memasuki jenjang lebih tinggi. Meninggalkan keresahan. Menyambut semangat baru.


Congrats ya VCT#52 .. See you!http://www.emocutez.com





Tanpa Kusadari Inilah Realitanya

Hari Jumat di tanggal 7 pada bulan Mei tahun 2010 ini menjadi hari yang mendebarkan untuk (mungkin) hampir seluruh siswa-siswi kelas 9 (yang dulunya disebut pula siswa/siswi kelas 3 SMP). Seperti tahun-tahun sebelumnya, para siswa baik dari tingkat SD, SMP dan bahkan SMA yang menduduki kelas akhir akan mengikuti serangkaian ujian demi mencapai kelulusan dan akan segera melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi.

Aku siswi SMP dan masih duduk di bangku kelas 8. Dengan suasana yang berbeda dengan kelas 7 dan 9 yang (mungkin) sedikit resah, saya pun sudah merasakannya dan akan segera mengulang rasa-rasa resah itu. Sebentar lagi.

Mengapa kelas 7 resah? Ya, karena mereka masih baru. Masih mencoba beradaptasi, berusaha mencari jalannya sendiri, temannya sendiri. Di masa-masa awal SMP ini.

Lalu kelas 9? Resah karena buku-buku usang yang telah dibungkus rapi, yang pernah dibacanya berulang kali, atau mungkin dicoretnya ketika merasa bosan dengan suasana belajar di kelas harus mereka buka kembali. Berusaha untuk mengulang ingatan mereka lagi, mengingat, membaca, dan menghafal. Tidak hanya sekali, dua kali, atau pun tiga kali. Berkali-kali. Ya, hingga mereka sendiri percaya akan apa yang mereka pelajari itu. Mengapa? Apakah harus mereka lakukan itu semua?

"Ya!" teriakku dalam hati

***

Betapa tidak. Aku sudah melewati kesresahan itu. Dulu. Satu tahun yang penuh rasa was-was. Terjebak dalam kebingungan. Sesaat aku terpana. Bertegun melihat hal-hal baru itu. Lebih banyak orang yang kukenal, dan tentu saja dari lebih banyak perbedaan yang ada. Sifat, budaya, karakteristik dan hal-hal lain yang membuatku merasa beruntung hidup di dalam sebuah lingkaran keberagaman ini. Indah. Semua terlihat berbeda. Berbeda itu baik, karena kita unik!

Belum lagi dengan rentetan istilah-istilah baru yang belum pernah masuk ke dalam pikiranku. Bahkan tak jarang mendernya pun mungkin belum. Dengan bekal ilmu-ilmu terapan yang kudapat semasa SD dan dengan apa yang ada dalam pikirku ini, perlahan aku mulai terbiasa. Berjalan dengan kesungguhan. Arah yang pasti.

Terus kucari, kudekati, dan kubaca setiap orang-orang asing itu. Perlahan tapi pasti. Hingga aku mulai melihat sisi lain mereka walau hanya sedikit demi sedikit.


Satu tahun penuh fantasi. Fantasi yang kadang menjadi realita dan kadang tersimpan rapat dalam benak ini. Satu tahun penuh emosi. Menggebu di dalam hati dan membanjiri hari-hari dengan senyuman. Tak dapat kulupa hari di mana air mataku ini menetes di tanganku. Hari-hari di mana emosi dalam diri tak tertahan, meluap, membuka jati diri. Semuanya telah kujalani. Hanya dalam satu tahun yang penuh keresahan.

Di lantai atas rentetan ruang-ruang kelas sembilan. Di tengah-tengah kelas 7.1 dan 7.3 telah kurasakan keresahan itu. Tidak setiap hari. Terkadang. Atau mungkin lumayan sering? Aku tak tahu apa yang kurasakan saat itu. Sudah berlalu. Hanya seberkas sisanya diingatanku. Namun tetap akan tersimpan di hati ini betapa indahnya masa-masa resah waktu itu.

Kini. Tahun ini. Yah, di tempat yang sama. Masih di lantai dua. Dengan gedung yang berbeda. Dengan ruangan kelas yang berbeda. Dengan kumpulan orang berbeda yang kini sudah kukenal. Di tahun ke dua. Dalam sebuah kelas di depan 8.3 dan 8.2 aku berdiam. Bertekun. Dan berusaha.

Tak banyak berubah. Rutinitas yang sama. Belajar. Mecari ilmu sebanyak-banyaknya. Mengejar nilai setinggi-tingginya. Mendapatkan teman sebaik-baiknya. Dengan lebih banyak suasana baru dari tahun pertama aku berusaha meraih mimpiku. Melakukan yang terbaik semampuku. Semua lebih rumit. Beragam dan.. aku sadar akan hal itu. Terlena dengan suasana tahun kedua ini. Api semangat yang dulu kupendam mulai redup. Entah apa yang membuatku seperti ini, rasanya aku terjebak dalam euforia ini. Suasana di mana keresahan tak lagi terlalu menghantuiku. Aku lengah. Ya!

Kini saatnya tiba. Aku berada di ujung tahun ke duaku. Di tempat ini. Dengan seragamku yang masih berwarna putih dengan rok hitam kotak, biru, dan juga putih. Sepatu hitam polos. Sabuk. Dengan pin mungil tersemat di kerah kiri seragamku. Dengan semangat yang mungkin telah pudar, luntur atau kah redup? Itu semua sama! Dan itulah yang kurasakan.

Kefanaan hidup remaja. Keegoisan diri. Kelemahan mental. Kurangnya pendirian. Mungkinkah salah satu dari ke empat faktor itu telah menggerogoti semangatku untuk meraih mimpi?

Apapun itu akan terus kucari. Aku tak mau terus begini. Terjebak. Turun. Lama-kelamaan tak berdaya. Hilanglah atau bahkan lenyap sudah mimpi-mimpiku itu. Kini aku kembali resah. Ujian tahun keduaku ada di depan mata. Selangkah lagi akan kumasuki tahun ketigaku. Dengan tetap menyematkan Serviam kecil di kerah kiri seragam putih kotak ku.

Aku akan berusaha semampuku. Tidak! Bukan semampuku yang kumau. Tetapi segenap kesungguhanku. Dengan segenap usahaku. Harus kukikis keresahan itu sebelum membunuh semangatku lagi.

Karena keresahan akan segera datang menghampiriku. Di tahun ketigaku. Nanti ketika Ujian Nasional menjemputku. Ketika tumpukkan buku-buku usang menanti untuk kembali kubaca. Ketika usiaku menginjak angka 15. Ketika keresahan itu datang menghampiriku lagi.

Tahun pertama penuh keresahan. Di tahun kedua ini tidak sebesar keresahan tahun yang lalu. Namun sebentar lagi, di tahun ketiga semua keresahan itu akan kembali dan bersiap untuk kulewati.

Mengapa baru kusadari semua ini sekarang bahwa inilah suatu realita?

***