Dua hari lagi dan mid pun akan segera usai. Sebenarnya waktu yang berjalan sangat cepat atau hanya rasa-rasanya saja demikian? Entahlah.
Sudah satu tahun tiga bulan aku menjadi murid SMA. Masih ada satu tahun tujuh bulan lagi sebelum ujian nasional kelas dua belas nanti. Hampir satu setengah tahun sudah ternyata kulot abu-abu menemani hari Rabu dan Kamis ku.
"Mau kuliah di mana?"
"Mau lanjutin studi ke mana nanti setelah lulus SMA?"
"Kamu mau ambil jurusan apa nanti?"
"Cita-citanya apa?"
Rasa-rasanya beragam pertanyaan bernada demikian semakin sering kuterima. Setelah resmi menjadi anak SOS (baca: pada penjurusan saya memilih masuk jurusan IPS atau kerap kali disebut SOS, karena lebih singkat pelafalannya) pertanyaan akan nasibku dua tahun mendatang mulai banyak diperbincangkan. Mama, papa, om, tante, guru, teman, semuanya pernah melayangkan pertanyaan itu padaku. Hingga kadang aku pun turut larut dalam kebimbangan, mempertanyakannya dalam benak tiap malam.
Sesungguhnya sudah ada gambaran yang cukup jelas mengenai tujuanku ke depan. Orang tua pun juga sudah tahu dan senantiasa mendukungku untuk masuk salah satu universitas swasta terkemuka di daerah Bandung yang terkenal dengan akreditasi yang sangat baik dalam jurusan Hubungan Internasional-nya.
Menjadi diplomat atau konsulat atau duta besar menjadi mimpi terbesar bagiku, walau masih ada keinginan menjadi aktivis/humanis yang volunteering di organisasi terbesar dunia, United Nations. Semua mimpi itu memang memerlukan pengetahuan mengenai hubungan internasional yang baik dan itulah sebabnya aku bertekad terjun dalam bidang itu, cepat atau lambat.
Yah, apapun profesiku kelak, aku sangat ingin bisa membantu orang banyak dan berinteraksi dengan warga dunia. Bekerja dalam naungan lembaga kemanusiaan yang besar tentu menjadi kepuasaan tersendiri. Membayangkannya saja aku sudah terlena. Bukan masalah amount of salary, pengalaman yang didapat pasti akan sangat menarik dan jauh lebih mahal harganya dibanding pendapatan secara materiil.
Tapi, setiap rencana itu memiliki banyak sekali kemungkinan yang tak terduga. Tak ada salahnya bagiku untuk mulai mencari alternatif jurusan pilihan untuk kuliah nanti. Bukan, aku bukan pesimis.
Siapa yang tahu akan jadi apa aku nanti selain daripada-Nya sendiri. Mungkin aku bisa membuat beribu rencana, namun hanya karena rencana-Nya lah semua rencanaku kan dijawab, entah sesuai atau pun tidak. Apa yang bisa kulakukan sekarang adalah terus berusaha, belajar, berdoa dan tetap bermimpi!
Sungguh, memikirkan masa depan seperti ini merupakan hal yang mengasyikkan, misterius. Sampai lupa waktu. Sudah... sudah... aku masih mid dan besok waktunya Geografi dan TIK menanti, mari belajar dulu. Sampai jumpa di post berikutnya lagi :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar