Rabu, 16 Februari 2011

Balada Sepucuk Surat

Kegelapan perspektif hati menekan emosi
Bendungan asa berlipat ganda membelah diri
Membujuk bibir tuk berkeluh
Memaksa raga tuk berlari

Dengan tekanan emosi perspektif hati
Kucoba memberanikan diri
Menanggalkan segala ego dan gengsi
Meredam rindu yang tersembunyi

Kubuang pandang ke segala pelosok
Melacak letak hingga gerak
Terus dan terus kumencari
Hingga fikir pun bersua

"Hey, dia kah itu?"


Akhirnya kutemukan dia
Dia yang menikmati waktu penuh canda
Membawa dirinya menikmati sore dalam kawanannya
Berjalan bersama kawan menelusur lorong

Kurekam gerak-gerik mereka
Penuhi sisa-sisa ruang memori serebrum
Setiap detiknya tiada penat

Membiarkan musculus wajah terus tersenyum

Tertegun aku tertegun
Sendirian aku terdiam
Memandang mereka lalu bingung
Mata terpenjara sejuta ilusi imaginasi

"Sudah di ambang pintu!"


Mereka berjalan sungguh cepat bagiku

"Sudah di ambang pintu!"


Ku lesakkan suratku dalam kantung

Berlari melawan angin yang menderu



Ter.


Lam.


Bat


Dirinya menghilang
Memisahkan diri dari kawanan
Mobil itu membawanya pergi dari pandangan
Aku kembali mematung


"Hey, mengapa tak mengejarnya?"

Bodoh kau!

"Hey, megapa hanya diam?"


Cepat kejar dan berikan suratmu itu


Kutanggalkan tas di pundakku
Kembali kuberlari melawan ributnya gemuruh lalu lintas
Ku naikki tangga jembatan sambil terus berlari
Berusaha menanti dirinya di seberang jalan


Apa daya ku
Waktu yang tak mengizinkan
Mobil itu terus melesat di ruas arteri kota
Dan aku belum sampai

Aku hanya bisa terdiam
Dari atas jembatan berusaha terus memandang
Dengan sepucuk surat di tangan
Tak bertuan, belum sampai tujuan

4 komentar:

  1. yg nulis siapaa Piiiinggg???? >o< >o< -Jelice

    BalasHapus
  2. wah keren banget nih,bener-bener kreatif. sayang sekali terlambat itu suratnya. tapi like banget deh haha..(Y) keep creative,Pingkan!

    BalasHapus
  3. Tapi pada akhirnya suratnya sampai, kok, kak ehehehe. Makasih kak Hugo :)

    BalasHapus